Wisuda & Perjuangan Orang Tua

 




Aura pagi hari ini, Kamis, 26 Juli 2018 sangat berbeda dari hari-hari sebelumnya. Apa tidaknya, bagi sebahagian mahasiswa Universitas Darussalam Gontor akan merayakan hari bahagia mereka setelah berjuang selama 4 tahun bahkan ada yang lebih. Ditambah lagi, adanya cerita menarik di sebalik menanti hari yang bersejarah ini datang. Seorang wali wisudawati yang menempuh lebih kurang 330 kilometer (perkiraan google maps) dari Cilacap menuju Ponorogo hanya dengan mengendarai sepeda onthel. Kisah ini yang membuatku ingin menulis sesuatu tentang wisuda dan perjuangan orang tua.

Pasti banyak tertanya-tanya, kenapa beliau mengendarai sepeda sejauh itu? Apakah tidak mampu? Apakah mempunyai nazar atau janji? Apakah ingin terkenal? Dan banyak lagi pertanyaan lainnya yang bersifat positif dan tidak terlepas juga yang negatif. Semua pertanyaan tadi terjawab dengan satu pernyataan dari beliau, “Kalau yang lain kan naik sepeda motor wajar, naik mobil saya nggak punya. Nah, momentum kali ini saya ingin menunjukkan ke anak saya meski berat kalau kita telaten dan sabar pasti hasilnya nanti akan bagus. Anak saya dulu pernah minta keluar dari Pondok, tapi saya larang. Untungnya nurut dan berhasil lulus sekarang”.

Aku menggaris bawahi “ingin menunjukkan ke anak saya meski berat kalau kita telaten dan sabar pasti hasilnya nanti akan bagus”. Beliau ingin membuktikan kasih sayang seorang ayah yang sanggup melakukan apa saja agar anaknya sukses. Sebuah usaha yang dianggap mustahil diharungi dengan tekun ditambah sabar yang membuat tidak sedikit pemerhati yang terharu bahkan mengalirkan air mata. Lebih dari itu, sang ayah ingin menyadarkan semua orang tua agar berperan aktif dalam membimbing titipan tuhan dengan sungguh-sungguh walaupun banyak cobaan yang melanda. Yang juga aku maknai dengan “setiap kesuksesan anak pasti ada campur tangan orang tua”.

            Dalam pesan dan nasehat Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, KH. H. Hasan Abdullah Sahal menyampaikan banyak hal penting tentang kehidupan. Aku mengambil dua di antaranya yang berhubungan dengan judul tulisan ini yang aku artikan sebagai konsep hubungan orang tua dan anak.

            Pertama, 3H yaitu hiasan, hiburan dan harapan. Lahirnya anak ke muka bumi ini adalah sebagai ‘hiasan’ bagi orang tuanya, kemudian membesar menjadi ‘hiburan’ untuk orang tuanya dan tumbuh dewasa menjadi ‘harapan’ bagi orang tuanya. 3H ini adalah sebuah bentuk kesatuan yang dapat menjana keharmonisan dan kebahagiaan hidup berkeluarga. Maka, menjadi salah jika anak hanya sebagai hiasan saja, hiburan saja atau harapan saja. Oleh itu, ketiga-tiga ‘H’ ini jangan sampai hilang tidak teperhatikan.

            Kedua, 3D yang berarti daya, dana dan doa. Daya yang dimaksud adalah segala tenaga yang dikerahkan, siang dan malam mencari nafkah, berusaha men-support dengan menelepon dan juga sesekali menempuh jarak yang jauh hanya untuk menjenguk menanyakan kabar. Tidak kalah juga dana yang dikeluarkan untuk mendukung seluruh kegiatan anaknya. Dari memberikan uang saku bulanan sampai menyediakan fasilitas kemudahan juga kesenangan seperti handphone atau laptop. Dalam diam, doa yang dipanjatkan tidak putus-putus di setiap setelah solat. Memohon kepada yang Maha Kuasa agar anaknya diberikan kejayaan. Melalui 3D ini membuktikan kasih sayang orang tua kepada anaknya yang tidak dapat dibayar atau dibalas dengan apa pun.

            Oleh itu, hargailah orang tua kita. Jangan pernah membanding-bandingkan orang tua kita dengan orang tua orang lain atau dengan apa pun itu. Syukuri dan nikmati hidup bersama mereka, selagi masih diberi kesempatan untuk hidup bersama di dunia ini. Jadikan diri kita benar-benar sebagai hiasan, hiburan dan harapan untuk mereka. Harapan terbesar mereka bukanlah membawa mereka keliling dunia, tetapi membawa mereka ke Surga Firdaus-Nya. 

            Jam sudah menunjukkan pukul 12.30 siang, maka berakhirlah sudah rangkaian acara wisuda angkatan ke-30 Universitas Darussalam Gontor. Waktunya untuk bertemu teman-teman wisudawan dan berfoto bersama untuk dijadikan kenangan terindah mungkin buat yang terakhir kalinya sebelum berpisah. Walaupun ramai dengan kepadatan hadirin ditambah dengan panasnya terik matahari siang, tetapi kebahagiaan dihadirkan dengan senyuman indah terukir di wajah ditambah dengan tawa canda yang terlepas. Selamat untuk teman-teman yang bergraduasi hari ini. Semoga menjadi hiasan, hiburan dan harapan kepada orang tua.

Comments

Popular posts from this blog

Humanisme

Khutbatu-l-Arsy Ajang Pelurus Niat Perjuangan

Pentingnya Sebuah Tulisan