Pentingnya Sebuah Tulisan
Hari-hari yang aku
lalui dalam bulan ini, penuh dengan tulisan yang menghasilkan huruf, huruf yang
menghasilkan kata, kata yang disusun menghasilkan kalimat, kalimat-kalimat yang
koheren menjadikannya paragraf, paragraf-paragraf yang bersusun maka
terciptalah sebuah tulisan lengkap yang membawa pengaruh dalam kehidupan
manusia. Menulis itu kelihatannya mudah tetapi cobalah rasakan sendiri, mungkin
Anda akan stres. Jika dibandingkan antara membaca dan menulis, lebih enak
membaca karena tekanannya tidak sebanding menulis.
Menulis itu perlu namanya
pengetahuan untuk disalurkan dalam bentuk tulisan. Sudah pasti pengetahuan itu
tidak hanya dari buku yang memerlukan bacaan, tapi setiap jenis benda yang
dapat diketahui atau yang baru diketahui adalah sebuah pengetahuan. Tidak hanya
itu, setiap penulis juga perlu menata pemikirannya agar tulisan yang ditulis
teratur, enak di baca dan mudah untuk dipahami. Dalam penataan pula perlu ilmu
penulisan, karena menata tulisan itu bukan seperti menata sendal sepatu yang
berantakan di halaman rumah. Oleh itu, hargailah keringat seorang penulis
walaupun keringatnya tidak kelihatan mengalir di dahinya tetapi mengalir di
otaknya.
Tulisan kali ini, ingin aku kongsikan
beberapa opiniku terkait tulisan. Setelah beberapa hari masuk kuliah tentang
penulisan, aku mengambil beberapa poin yang akan aku paraphrasekan. Di sini aku
tidak akan menge-share kan cara-cara
menulis yang baik dan benar karena sudah banyak berhamburan di internet,
tinggal ketik di google, and search.
Oleh itu, aku hanya menuliskan beberapa kepentingan tulisan.
Menjadi tantangan akademisi adalah
bagaimana cara untuk menyalurkan argumentasinya termasuk berkongsi ilmunya agar
dapat diterima banyak orang. Seorang akademisi yang tidak menguasai penulisan,
pasti keluasan keilmuannya akan terbatas. Dengan rasionalitas, seorang dosen,
guru atau peneliti tidak mungkin menghadap 24/7 peserta didiknya dan menyampaikannya
dalam bentuk lisan full. Seorang
pendidik paling tidak, masuk mengajar dalam 1-2 jam saja. Keterbatasan waktu
inilah yang membutuhkan artikel, jurnal, majalah atau buku sebagai solusi.
Proses penyebaran keilmuan tidak akan hanya terbatas di jam perkuliahan saja,
dengan adanya solusi yang tepat yaitu tulisan.
Tulisan adalah hal kuno atau
tradisional yang masih relevan digunakan sampai saat ini. Budaya menulis tidak
pernah putus dari tahun ke tahun bahkan dari abad ke abad lamanya. Perpustakaan
Biara St. Catherine, Gunung Sinai, Mesir yang didirikan pada tahun 565,
Perpustakaan Al-Qarawiyyin, di Fez, Maroko didirikan pada tahun 859,
Perpustakaan Universitas Sorbonne yang sekarang menjadi Universitas Paris yang
didirikan pada tahun 1289 dan beberapa lagi perpustakaan-perpustakaan tua yang
menyimpan pelbagai jenis khazanah penting dunia keilmuan masih eksis sampai
sekarang. Ini membuktikan bahwa tulisan itu bersifat abadi dan bisa menjadi amal jariyah buat selama-selamanya.
Bayangkan kalau Al-Qur’an pada zaman sahabat dulu tidak ditulis dan dibukukan,
mungkin saja tidak ada dunia yang kita rasakan hari ini. Pentingnya sebuah
tulisan itu sehingga membuatkan para penganut modernisme dan postmodernisme
juga masih menggunakan cara yang kuno ini. Karena mereka belum menemukan cara
yang lebih efektif dalam menyampaikan pemahaman ideologi mereka dengan cara
selain tulisan. Inilah yang membuatkan mereka tidak kaaffah dalam menganut ideologi mereka.
Selain itu, pentingnya tulisan dalam
dakwah menjadi topik yang harus sangat diperhatikan. Sebagaimana yang kita
ketahui, kebanyakan pendakwah hebat dalam berorasi tapi sangat kurang mampu
dalam menulis. Kurangnya keyboard warrior
ini memberikan dampak dalam penyebaran dakwah termasuk dalam menangani
pahaman atau pemikiran yang sesat. Seperti golongan modernisme atau
postmodernisme yang sangat menguasai dalam penulisan sehingga mampu menggiring
opini yang dapat mempengaruhi pikiran si pembaca. Golongan ini lebih banyak
menyalurkan pahamannya melalui tulisan daripada lisan. Menjadi tanggung jawab
bersama untuk meng-counter, lisan dengan
lisan, tulisan dengan tulisan.
Oleh yang demikian, banyak
kepentingan menulis yang tidak dapat aku beberkan seluruhnya di sini.
Setidaknya, pembaca mendapat sedikit gambaran terkait dengan tulis menulis itu
sudah sangat cukup. Menjadi seorang pendakwah kontemporer, sudah tidak bisa
lagi hanya mengandalkan lisan, tetapi juga perlu dengan tulisan. Lapangan
dakwah tidak lagi hanya di masjid-masjid, majlis-majlis, atau dewan-dewan, tetapi
sudah masuk di dunia maya yaitu internet dan sejenisnya. Menulislah, semoga
dengan tulisan itu akan menjadi pahala yang mengalir tanpa henti.
Nice rod !
ReplyDelete